Saturday, February 26, 2011

Majalah Israel Today Sebut Gaddafi Keturunan Yahudi


Majalah Israel Today Sebut Khadafi Keturunan Yahudi
Majalah Israel Today melaporkan bahwa pemimpin Libya Muammar Gaddafi memiliki asal usul Yahudi, dengan bukti laporan secara rinci yang disampaikan oleh dua wanita Yahudi keturunan Libya kepada saluran kedua Israel tahun lalu bahwa mereka termasuk kerabat Gaddafi.

Gueta Brown dan cucu perempuannya Rachel Sa'da bahwa asal usul Gaddafi adalah Yahudi, mengisyaratkan bahwa nenek Brown dan nenek Gaddafi dua saudara perempuan kandung.

Sa'da menjelaskan bahwa cerita ini dimulai ketika nenek Gaddafi wanita Yahudi menikah dengan seorang lelaki sebangsanya, tapi tidak baik dalam bermuamalah dengannya, lalu dia melarikan diri dan menikah dengan seorang Muslim seorang kepala suku, melahirkan seorang putri yang menjadi ibu dari Gaddafi.


Meskipun nenek Gaddafi masuk Islam ketika ia menikah dengan kepala suku tersebut, namun wanita tersebut tetap menjadi Yahudi menurut hukum Israel
.

Penyiar saluran tersebut kemudian berkomentar dengan mengatakan bahwa "Yang penting Gaddafi tidak hanya memiliki kerabat Yahudi saja, tetapi dirinya juga seorang Yahudi".


Majalah Israel ini mengatakan bahwa berita ini bukanlah hal baru, tetapi dalam suasana pemberontakan terbaru di Libya, yang mengancam menggulingkan rezim Gaddafi - Seperti yang terjadi di Tunisia dan Mesir - pemimpin Libya "mungkin mencari strategi keluar".


Dan apakah laporan tersebut benar - menurut ucapan majalah - merupakan hak Gaddafi untuk berimigrasi ke Israel menurut hukum khusus Israel mengenai "kembalinya orang Yahudi".


Ia menambahkan bahwa jika semua negara menolak menerima Gaddafi, maka Israel terpaksa harus menerimanya.


Lalu majalah tersebut menirukan ucapan narator di akhir pertemuan dengan dua wanita tersebut ketika ia berkata "Saya yakin bahwa beberapa pejabat pemerintah setempat di Israel akan senang untuk merangkul mantan presiden tersebut".
http://anehsemua.blogspot.com/2011/02/majalah-israel-today-sebut-khadafi.html

Inilah Para Pengikut Loyal Khadafi

Saif al-Islam, salah seorang putra andalan Muammar Khadafi

Sepekan belakangan, sejumlah pejabat tinggi, diplomat, dan tentara membelot dari pemimpin mereka, Muammar Khadafi. Namun pemimpin Libya berpangkat kolonel itu tidak gentar dan rajin mengumbar pernyataan-pernyataan yang terkesan brutal.

Menurut sejumlah media massa internasional, ada faktor yang membuat Khadafi tetap percaya diri meski ditekan dari dalam dan luar negeri. Dijuluki "Anjing Gila" oleh mendiang Presiden Ronald Reagan dari Amerika Serikat (AS) pada dekade 80-an, Khadafi mengandalkan sedikit orang untuk merawat kekuasaannya.

Diantara mereka, menurut harian The Washington Post, adalah empat putra Khadafi dan dua pejabat senior yang berpengalaman di dunia intelijen. Mereka disinyalir tetap setia dengan Khadafi dan tidak terpengaruh dengan kelompok pejabat yang membelot. Pengikut setia Khadafi itu juga dikenal melakukan pekerjaan kotor untuk bos mereka, seperti menangkap dan membunuh para oposan.

"Sudah terlambat bagi mereka untuk berbalik arah dari Khadafi. Mereka tidak bisa kemana-mana lagi," kata John Hamilton, seorang pengamat dari Cross Border International.

Khadafi sebenarnya memiliki delapan anak. Namun, hanya empat yang menonjol dan selama ini sangat setia mewakili kepentingan ayah mereka.

Sebagai putra kedua Khadafi, Saif al-Islam sering muncul di televisi sebagai juru bicara bagi rezim ayahnya. Dia sudah dua kali tampil di siaran televisi sejak Libya dilanda pergolakan.

Pada salah satu penampilan, Saif memperingatkan bahwa negaranya bisa dilanda Perang Saudara bila demonstrasi anti Khadafi terus berlangsung. Peringatan Saif itu tampak sudah terbukti.

Dibanding saudara-saudaranya yang lain, pria berusia 38 tahun itu tampak lebih menonjol dan berpendidikan. Sebelum menjadi politisi, Saif dikenal sebagi doktor lulusan salah satu universitas terkemuka di Inggris, London School of Economics (LSE) dan memimpin yayasan The Gaddafi International Foundation for Charity Associations.

Menurut harian The Guardian, Saif tampaknya menjadi penghubung andalan bagi negara-negara Barat untuk berbisnis dengan Libya, yang memiliki cadangan minyak mentah terbesar di Afrika. Bahasa Inggrisnya pun lancar dan suka memakai jas buatan Italia.

Saif masih memiliki hubungan erat dengan mantan almamaternya. Melalui yayasan yang dia pimpin, Saif memberi sumbangan kepada LSE sebesar 1,5 juta pound sterling sehingga dia tercatat sebagai salah satu donatur utama. Namun, sejak pergolakan di Libya, LSE dikabarkan langsung menarik hubungan dari alumninya itu.

Selain Saif, Khadafi juga menaruh kepercayaan kepada Saadi. Setahun lebih muda dari Saif, Saadi lebih dikenal sebagai pemain sepak bola. Dia pernah malang melintang di sejumlah klub Liga Italia, walau sangat jarang diturunkan ke lapangan hijau.

Pensiun sebagai pesepakbola, Saaid beralih ke dunia bisnis, yang investasinya berasal dari pengaruh dan dana ayahnya. Namun, sejak Libya bergolak, Saaid diserahi tanggungjawab untuk menanggulangi aksi para pemrotes di sebelah timur negara itu.

Putra Khadafi lainnya adalah Mutassim. Dia diserahi tugas sebagai penasihat keamanan bagi ayahnya. Menurut stasiun berita CBC, Mutassim pernah menjadi utusan Libya untuk bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, di Washington pada 2009. Putra keempat Khadafi itu mendapat mandat untuk menormalkan kembali hubungan antara Libya dan AS.

Selain itu, juga ada putra Khadafi lainnya bernama Khamis. Dia merupakan perwira militer yang mengenyam pendidikan di Rusia. Tidak heran bila Khamis dipercaya memimpin suatu batalion elit pasukan khusus untuk melindungi Khadafi.

Selain keempat putranya itu, Khadafi juga menaruh kepercayaan kepada dua perwira senior yang sudah terbukti sangat loyal. Mereka adalah Abdullah al-Senussi, mantan kepala intelijen militer dan Menteri Luar Negeri Musa Kusa, yang dikenal sebagai intel andalan Khadafi di luar negeri.

The Libyan Protests




The Libyan Protests

01. Protesters chant anti-government slogans as they demonstrate in a square in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. Thousands of Libyans celebrated the liberation of the eastern city of Benghazi from the rule of Muammar Gaddafi, who was reported to have sent a plane to bomb them on Wednesday as he clung to power. The crew bailed out of the aircraft after it took off from the capital Tripoli. It then came down south-west of Benghazi, Libya's Quryna newspaper cited a military source as saying, averting a fresh bloodshed in almost a week of violence. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The 2011 Libyan protests began as a series of protests and confrontations occurring in the North African state of Libya against the Government of Libya and its de facto leader Muammar al-Gaddafi. The unrest began on 15 February 2011 and continues to the present. Protests have centered on Libya's two largest cities, the capital of Tripoli in the west, and Benghazi in the east and tends to spread to other cities. On 18 February, demonstrators took control over most of Benghazi, the country's second-largest city, with some support from police and defecting military units. The government reacted by sending elite troops and mercenaries, which were resisted by Benghazi's inhabitants and insurrectionary members of the military. By 20 February, more than 200 people had been killed in Benghazi. Protests in Tripoli have centered around Green Square. On 21 February, Libyan Air Force aircraft attacked civilian protesters in Tripoli, drawing international condemnation. The New York Times reported that "the crackdown in Libya has proven the bloodiest of the recent government actions. Several Libyan officials have stepped down over the course of the protests while others have distanced themselves from Gaddafi and his government, declaring his current regime as illegitimate and accusing him of genocide and crimes against humanity in his attacks against the people of Libya.
As of 23 February 2011, most towns and cities in Libya are reported to be under the control of the Libyan opposition and not the government of Muammar al-Gaddafi. Thanx to Wikipedia.

The Libyan Protests

02. Protesters chant anti-government slogans while an effigy depicting Libyan leader Muammar Gaddafi is hung in a square in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

03. Protesters chant anti-government slogans in a square in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

04. A protester covers his face with a Libyan flag as he sleeps in a square where demonstrators chant anti-government slogans in Benghazi city, Libya. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

05. A protester holds a poster depicting Libyan leader Muammar Gaddafi as he stands over a lamp post in Benghazi city. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

06. A boy wearing a military police uniform chants anti-government slogans in a street in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

07. A protester has his face painted with the colours of the Kingdom of Libya flag during a protest outside the Libyan Embassy in Attard, outside Valletta, February 23, 2011. The protest was organised by the Libyan community living in Malta against the Libyan government's crackdown on demonstrators in Libya. REUTERS/DARRIN ZAMMIT LUPI

The Libyan Protests

08. A protester has his face painted with the colours of the Kingdom of Libya flag during a protest outside the Libyan Embassy in Attard, outside Valletta, February 23, 2011. The protest was organised by the Libyan community living in Malta against the Libyan government's crackdown on demonstrators in Libya. REUTERS/DARRIN ZAMMIT LUPI

The Libyan Protests

09. Protesters chant anti-government slogans while holding a poster depicting the Libyan leader Gaddafi in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. The banner reads "No comment youth of 17th February". REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

10. A protester reacts after viewing the latest video clips from Libya on the internet during a protest outside the Libyan Embassy in Attard, outside Valletta, February 23, 2011. The protest was organised by the Libyan community living in Malta against the Libyan government's crackdown on demonstrators in Libya. REUTERS/DARRIN ZAMMIT LUPI

The Libyan Protests

11. Protesters react after viewing the latest video clips from Libya on the internet during a protest outside the Libyan Embassy in Attard, outside Valletta, February 23, 2011. REUTERS/DARRIN ZAMMIT LUPI

The Libyan Protests

12. Protesters chant anti-government slogans while holding a poster depicting the Libyan leader Muammar Gaddafi as a pig and reads 'no comment' in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

13. An anti-government protester wearing a military uniform holds up an RPG launcher that was brought back after it was stolen from a military unit as people bring back stolen weapons to a state security building taken over by anti-government protesters in Ben Ghazi February 23, 2011. People in Benghazi said earlier they now felt safe enough to start handing in weapons recovered after security forces lost control of the Libyan city. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

14. An anti-government protester looks at a security building taken over and burnt by anti-government protesters in Benghazi February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

15. An anti-government protester prays in a state security building taken over by anti-government protesters in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

16. A state security building taken over by anti-government protesters is seen in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

17. Munitions lie in a state security building taken over by anti-government protesters in Ben Ghazi February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

18. Protesters chant anti-government slogans in a square in Benghazi February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

19. Protesters chant anti-government slogans in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

20. A protester looks at the pictures of protesters who were killed during the last few days during the uprising against Libyan leader Muammar Gaddafi in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

21. Protesters are seen close from the sea port of Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

22. Anti-government protesters sit by the seaside near a square where people gather for protests in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

23. An anti-government protester holds a banner depicting Libyan leader Muammar Gaddafi in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. The characters read "I'm the only devil" (top) and "the waste bin of history". REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

24. Protesters chant anti-government slogans while an effigy depicting the Libyan leader Muammar Gaddafi is seen near the North Benghazi court building which was taken over by demonstrators in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

25. Anti-government protesters make victory signs as they stand on an army tank near a square where people are protesting in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

26. An anti-government protester writes on an army tank near a square where people are protesting in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. The characters read "people want the removal of the regime". REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

27. Protesters chant anti-government slogans while holding a Libyan flag in a square in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

28. An anti-government protester holds a picture of a victim of the protests which took place in the last few days during a protest in a square in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

29. A protester looks at the pictures of protesters who were killed during the last few days during the uprising against Libyan leader Muammar Gaddafi in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

30. People walk past a burnt army vehicle in al-Marj city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

31. An anti-government protester puts his hand around toy dogs that has the name of Libyan leader Muammar Gaddafi and his son Saif al-Islam near a square where people are protesting in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

32. Protesters chant anti-government slogans in Benghazi city, Libya, February 23, 2011. REUTERS/ASMAA WAGUIH

The Libyan Protests

33. Turkish citizens leave a ferry as they arrive from Libya, at the Mediterranean port of Marmaris late February 23, 2011. Governments around the world scrambled on Wednesday to send planes and ships to evacuate their citizens from turmoil in Libya, whose leader Muammar Gaddafi has vowed to crush a revolt against his 41-year rule. Turkey, with 25,000 citizens in Libya, is mounting the biggest evacuation operation in its history, and 21 other governments have asked Ankara for help getting their nationals out, Foreign Minister Ahmet Davutoglu told a news conference. REUTERS/OSMAN ORSAL

The Libyan Protests

34. Turkish citizens leave a ferry as they arrive from Libya, at the Mediterranean port of Marmaris late February 23, 2011. REUTERS/OSMAN ORSAL

The Libyan Protests

35. Turkish citizens wait for buses at the port after their arrival from Libya at the Mediterranean port of Marmaris late February 23, 2011. REUTERS/OSMAN ORSAL


__._,_.___

Friday, February 18, 2011

TEKNOLOGI KETENTERAAN MODEN PADA ZAMAN KHALIFAH


http://4.bp.blogspot.com/-PYWUrJ7tllI/TV5SFOFhd2I/AAAAAAAABNM/LuhZI6S5_kM/s400/macjay-copyright.jpg

Masa awal pemerintahan Islam, jihad sebagai metode mendasar penyebaran dakwah Islam telah menjadi bahagian penting dari usaha membangun kekuatan Daulah Islam. Jihad adalah perang di jalan Allah untuk meninggikan kalimat Allah. Oleh sebab itu diperlukan persiapan dari aspek logistik, formasi perang, strategi, komandan dan para pasukan serta persenjataan. Persenjataan mengharuskan adanya industri.

Kewajipan ini difahami menurut dalalah iltizam atau kaedah mâ lâ yatimmu al-wâjib illâ bihi fahuwa wâjib (suatu kewajiban yang tidak akan sempurna kecuali dengan adanya sesuatu maka sesuatu itu menjadi wajib hukumya). Jadi, mendirikan industri ketenteraan/perang wajib hukumnya berdasarkan mafhum dari dalil tersebut.


1. Manjaniq (Swing-beam)


Manjaniq pertama kali digunakan oleh kaum Muslim pada peristiwa pengepungan Bani Thaif. Salman Al-Farisi yakni seorang warga Parsi yang memeluk Islam di zaman Rasulullah SAW adalah orang pertama yang memcipta senjata ini atas perintah Nabi SAW. Manjaniq merupakan mesin balok pengayun yang dikendalikan oleh orang-orang yang menarik tali pada satu sisi balok sehingga ujung yang lain akan berayun sangat kuat dan menembakkan misil dari tali yang menempel pada ujungnya.

Manjaniq sebenarnya telah dikenali sebelum masa penaklukan Islam. Bangsa Avar pernah menggunakannya pada penyerbuan Thessalonica di tahun 597 M. Bahkan mesin pelontar ini dipercayai dicipta pertama kali oleh China antara abad ke-5 dan ke-3 SM, dan sampai ke Eropah sekitar 500 M[2]. Lalu pada masa pemerintahan Islam, Salman mengusulkannya kepada Nabi Saw sebagai senjata perang, seperti yang diriwayatkan dalam Sirah al-Halabiyah.

“Hingga pada hari pecahnya dinding benteng Thaif,” demikian Ibnu Hisyam meriwayatkan dalam kitab Sirah-nya, “Sekelompok sahabat Rasulullah Saw masuk ke dalam bawah dababah[3], lalu mereka berusaha masuk ke dalam dinding benteng Thaif agar mereka bisa membakar pintu benteng. Bani Tsaqif lalu melemparkan potongan-potongan besi yag telah dipanaskan dengan api sehingga membakar dababah yang ada dibawahnya, kemudian Bani Tsaqif melempar mereka dengan anak panah sehingga beberapa orang gugur.”

Atas cadangan Salman ini, Rasulullah SAW terus mengangkatnya sebagai mudir[5] untuk mengelola industri ketenteraan dan memproduksi manjaniq untuk memperkukuhkan kekuatan pasukan artileri yang dipersiapkan untuk terjun ke medan tempur.


2. Pedang Damaskus (Sword of Damascus)


Dihiasi dengan ornamen garis bergelombang, lentur, ringan, dan mampu menembus baju zirah, menjadikan pedang damaskus salah satu senjata perang paling bersejarah. Pedang ini diproduksi di Damaskus pada abad ke-12 M. Eropah lalu cuba menghasilkan yang serupa dengannya, namun hingga kini masih belum mampu meniru 100%. Bahkan dengan teknologi metalurgi sekalipun Eropah masih belum mampu mencipta tandingan yang memiliki ketajaman yang sama dengan Pedang Damaskus ini.

Pedang yang pernah menimbulkan rasa gentar para tentera Salib ini, memiliki suatu lapisan kaca di permukaannya. Sutra akan terbelah bila jatuh di atasnya. Pedang lain pun akan menemui nasib yang sama jika beradu dengannya. Tiada pihak yang menjangkakan bahawa ilmuwan Muslim telah menerapkan teknologi nano sejak seribu tahun yang lalu.

Selama ratusan tahun, tidak ada yang mengetahui rahsia kehebatan pedang tanpa yang tiada tandingan ini. John D. Verhoeven -seorang profesor metalurgi moden dari Iowa State University yang bekerjasama dengan Alfred H. Pendray, seorang tukang besi dari Florida, yang telah mencuba membuat pedang ini selama bertahun-tahun. Dari penerapan nanoteknologi bahan impurities (non-besi dan non-carbon) dalam adunan baja yang membentuk pola mirip aliran air yang dikenali dengan nama Multi Walled Carbon Nano Tube, barulah diketahui rahsia di balik kehebatan pedang damaskus ini.

3. Teknologi Pembuatan Mesiu (Gunpowder)


Tidak hanya menguasai dalam seni membuat pedang, kaum Muslim juga mampu mengembangkan teknologi pembuatan mesiu. Walaupun senjatanya bubuk mesiu pertama kali ditemukan di Cina yang digunakan sebagai alat pembakaran pada abad 9 M, dua abad sebelumnya seorang ahli kimia Muslim Khalid bin Yazzid telah mengenal lebih dulu potassium nitrat (KNO3), bahan utama pembuat mesiu.

Eropa baru mengenal mesiu setelah dibawa oleh pasukan Mongol pada tahun 1240 M, Dan selanjutnya dikembangkan menjadi bahan peledak, misalnya untuk mendorong peluru, kemudian seabad setelahnya disempurnakan menjadi senjata api.

Jauh sebelum Eropah mengembangkan teknologi pembuatan mesiu, ilmuwan-ilmuwan Muslim telah lebih dahulu mencubanya. Ramai ilmuwan Mulim yang menguasai teknik pemurnian potassium, sebuah teknik yang tidak diketahui oleh orang-orang Cina. Jabir Ibnu Hayyan (wafat tahun 815 M), Abu Bakar Al-Razi (wafat tahun 932) dan Hasan Al-Rammah adalah ilmuwan-ilmuwan Muslim yang telah menguasai teknik ini dan telah dijelaskan di dalam karya-karya mereka. Teknik pemurnian ini dilakukan agar potassium mampu digunakan sebagai bahan peledak.

Pemurnian potassium ini pernah didakwa Barat sebagai hasil penemuan oleh Roger Bacon. Namun dakwaan ini dipatahkan sendiri oleh ilmuwan Barat lainnya seperti Partington. Hasan Al-Rammah telah menjelaskan proses ini secara terperinci di dalam karyanya yang bertajuk Al-Furusiyyah wa Al-Manasib Al-Harbiyyah. Penguasaan Al-Rammah atas penggunaan bubuk mesiu sangat luar biasa. Beliau telah berjaya menulis sebanyak 107 rumus atau 'cara kerja' penggunaan mesiu. 22 resep di antaranya diracik khusus untuk membuat roket.

Ketika Perang Salib meletus pada tahun 1249 M, Raja louis IX dan pasukannya pernah merasakan kehebatan moncong meriam dan roket kaum Muslim. Betapa hebatnya kesan yang ditembakkan pasukan Muslim, membuat Raja Louis IX mengalami kekalahan dan akhirnya berjaya ditakluk. Peristiwa itu diakui sendiri oleh Jean de Joinville, salah seorang perwira tentara Perang Salib.

4. The Mohammed’s Al-Fatih Greats Gun


Inilah salah satu senjata paling fenomenal yang digunakan dalam perang paling menakjubkan dalam sejarah. The Mohammed’s Greats Gun, itulah sebutan pada senjata yang dicipta pada tahun 1942 ini. Meriam ini dibuat sebagai jawapan atas keinginan Muhammad al-Fatih untuk menembusi kekebalan benteng pertahanan Kostantinopel.

“Aku mampu membina meriam tembaga dengan saiz seperti yang kamu inginkan,” kata Orban -seorang ahli insinyur yang diundang Al-Fatih ke Adrianopel-, “Aku telah mengamati secara teliti tembok di Konstantinopel. Aku tidak hanya akan memporakberandakan tembok itu dengan senjataku. Bahkan, tembok Babylon pun akan hancur karananya.”

Tentu saja hal ini disambut gembira oleh Muhammad Al-Fatih. Impian untuk mewujudkan bisyarah Rasulullah Saw (tentang tertakluknya Konstantinopel) sudah di depan mata. Maka dijalankanlah projek tersebut. Dan senjata terbesar di dunia yang pernah wujud pada waktu itu, akhirnya berada dalam genggaman Muhammad Al-Fatih. Memiliki panjang 8,2 meter, diameter 76 cm, dengan berat 18,2 ton, meriam ini sanggup melontarkan bola besi padat berdiameter 70 cm dengan berat 680 kg sejauh 1,6 km.

Sekadar penambahan :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-TPzJp84MoILImgHto19rLoRu9jIL4UsL_5_gGPr9IV-q-Y8LEO4BvCqqvIH70ypoCwbRZlHdsjQeqIAfrTDEen_XBAUYpTw5hf15UoUkaH2fsvBe-4PrPPK-7smBofpskce4_OfN_MP3/s400/OKLO-1.jpg

Loji Nuklear yang Berusia 2 juta Tahun di Oklo, Republik Gabon

Pada tahun 1972 terdapat sebuah penemuan luar biasa yang akan memperkukuhkan lagi kajian wujudnya peradaban masa lalu yang telah melalui era pengunaan nuklear dengan penemuan loji Reaktor Nuklear yang berusia dua juta tahun di Oklo sekitar Republik Gabon. Pada tahun yang sama sebuah perusahaan (Perancis) yang mengimport bahan uranium dari Oklo di Republik Gabon, Afrika untuk diproses. Mereka terkejut dengan penemuan bahawa bahan uranium yang diimport ternyata sudah diproses dan digunakan sebelum ini serta kandungan uraniumnya dengan bahan buangan reaktor nuklear hampir sama. Penemuan ini berhasil menarik para ilmuwan untuk datang ke Oklo bagi suatu penelitian, dari hasil kajian menunjukkan adanya sebuah reaktor nuklear berskala besar pada masa prasejarah, dengan kapasiti kurang lebih 500 ton bahan uranium di enam wilayah, dijangkakan ia dapat menghasilkan tenaga sebesar 100 ribu watt. Loji nuklear tersebut terpelihara dengan baik, dengan lay-out yang masuk akal, dan telah beroperasi selama 500 ribu tahun lamanya.


Kejutan demi kejutan ditemui dan yang paling mengejutkan apabila sisa buangan reactor nuclear yang dibuang tidak tersebar luas, kesan radioa aktifnya lebih kurang sekitar 40 meter dari kawasan buangan sisa nuclear, jika kita lihat teknologi pemusnahan sisa reactor nuclear ini jauh lebih hebat berbanding sekarang dan ketika ini kita sibuk membincangkan menangani isu pembuangan sisa nuclear . Ternyata mereka telah maju dan lebih maju dari kita dalam teknologi nuclear dan mengatasi sisa pembuangan loji reactor nuclear . Mereka memanfaatkan alam sekitar dengan sebaik mungkin tanpa berlaku pencemaran dari sisa nuclear yang telah digunakan.

Loji uranium di Oklo telah pun dibangunkan kira-kira dua juta tahun yang lalu, setelah terdapat bukti dari pada data geologi reactor nuclear kemudian telah pun dibangunkan. Hasil kajian para pengkaji mereka sebulat suara mengakui bahawa ini adalah sebuah reactor nuclear kuno, yang akan mengubah cara pengunaan bahan nuklear selama ini, secara tidak langsung ia telah pun memberikan kita cara bagaimana untuk mengatasi sisa pembuangan nuclear. Ia juga telah menghambat para ilmuan untuk lebih serius dalam mempelajari peradaban prasejarah, dengan kata lain sejak zaman pra sejarah mereka telah maju didalam pembangunan dan teknologi nuclear.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiiUTwgbkbj-MqjA8xRYVk4TWDwLZ872VVANcJ-2XIflYAeJ9-aVpRQuhy6j9b_eDbxMV3Mmr2GqicCIkACykJnwAyS9ti7sKDhLJEujOg_8kg7wuS3_yMapRFYRiBe5lHlvLCebUzuMoBa/s400/jb06-morsleben.jpg

Seperti yang kita sedia maklum, penguasaan teknologi atom oleh manusia selepas zaman pra sejarah masih lagi baru, ianya sekitar beberapa puluh tahun yang lalu. Tetepi dengan adanya penemuan ini fakta itu tidak tetap dan sekaligus menerangkan bahwa pada dua juta tahun yang lampau manusia sudah pun memiliki sebuah teknologi yang peradabannya melebihi kita kini, serta lebih maju di dalam cara penggunaan dan pengolahannya. Hal yang patut membuat kita merenung sedalam-dalamnya ialah mengapa manusia zaman prasejarah yang memiliki sebuah teknologi maju tidak dapat mewariskan teknologinya, malah hilang tanpa sebab, yang tinggal hanyalah sedikit kesan lalu. Maka bagaimanakah kita harus meniliti kesemua penemuan ini?

Permulaan sebelum dua juta tahun yang lalu hingga satu juta tahun dari peradaban manusia sekarang ini telah terdapat peradaban manusia. Dalam masa-masa yang sangat lama ini terdapat berapa banyak peradaban yang menuju ke binasaan?. Jika kita abaikan terhadap semua peninggalan-peninggalan peradaban prasejarah ini, sudah tentu kita tidak akan mempelajarinya secara mendalam, apalagi menelusuri bahawa mengapa tidak ada kesinambungannya, lebih-lebih lagi untuk mengetahui penyebab dari musnahnya sebuah peradaban itu dan apakah perkembangan dari ilmu pengetahuan dan teknologi kita sekarang akan mengulangi kemusnahan beberapa peradaban yang lalu?. Betulkah penemuan ini, serta mengapa penemuan-penemuan peradaban prasejarah ini dengan teknologi manusia masa kini hampir serupa dan mungkin mereka lebih maju dari pada kita? Semua masalah ini patut kita renungkan sedalam-dalamnya.


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEizYOZiOA7-9hOGAO5wI_BHo3MyuoQpTi7YI4K7chQS2mQoai5cQq9HGCuJkL6gDCJ2xuYJfY8U5aywJHtoqnrv0c0ctf5TTLab_C7eLn5AG41K9BK1mpqdffl-kpwYG_wZW2HaBYzC2S-f/s400/Atlantis-ancient.jpg

Seperti yang dirakamkan di dalam Al-quran:

Apakah mereka tidak memperhatikan beberapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, iaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai yang mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka kerana dosa mereka sendiri dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.

http://millatfacebook.com/Ryuji_Asada/

**if you receive this mail as a junk mail, move it to your inbox for viewing attachment**

Sunday, February 13, 2011

Runtuhnya Jumlukiyyah Arabiyyah


Novriantoni Kahar
Dalam komentarnya untuk Guardian, Fawaz Gerges menyebut rangkaian gejolak yang terjadi di Tunisia, Mesir, dan Yaman merupakan momentum Berlin bagi dunia Arab. Inilah masa ketika "Tembok Berlin" otoritarianisme dunia Arab akan berjatuhan. Gejolak ini masih merupakan awal dari serial musim rontok status quo di kawasan Timur Tengah. Bagi profesor politik Timur Tengah dan hubungan internasional di London School of Economics itu, kita segera akan menyaksikan munculnya era baru, tidak hanya di Mesir, tapi juga di kawasan Arab lain.

Sebelum protes di Mesir menunjukkan tanda-tanda akan berhasil, pengamat Timur Tengah memang masih banyak yang meragukan menjalarnya efek Tunisia ke kawasan lain. Taunasah al-Arab, atau Tunisiasi dunia Arab, selain merupakan kalimat yang menakutkan, dianggap sebagai wishful thinking yang sulit ditiru di tempat lain. Namun, sejak Mubarak terpaksa mengulur waktu dengan menunjuk wakil presiden dan melakukan perombakan kabinet (29 Januari 2011) akibat tuntutan massa, lebih banyak pengamat yang kini percaya bahwa Tunisiasi Arab bisa menjadi kaidah.

Sebagian orang misalnya berharap Tunisiasi segera terjadi di Arab Saudi, tempat Wahabisme diolah menjadi ideologi kejumudan dan kepicikan yang lalu dieksport ke berbagai dunia muslim. Namun harapan terjadinya pergantian rezim di negara-negara yang berbentuk monarki seperti Saudi atau Kuwait, karena banyak faktor, mungkin jauh panggang dari api. Dalam waktu dekat ini, masih sulit membayangkan akan terjadinya efek Tunisia di Arab Saudi, Maroko, Qatar, Bahrain, ataupun negara Arab Teluk lainnya. Kerajaan Yordania, yang kini agak memanas, pun mungkin masih akan bertahan dalam status quo-nya.

Efek Tunisia paling mungkin menerpa negara-negara yang aslinya republik tapi menunjukkan gelagat seperti sistem kerajaan. Inilah negara-negara yang dalam istilah Saad Eddin Ibrahim, sosiolog Mesir, disebut Jumlukiyyah Arabiyyah atau republik monarkis Arab. Kata jumlukiyyah merupakan perpaduan antara kata Arab jumhuriyyah (republik) dan mamlakiyyah (monarki). Istilah ini diperkenalkan Ibrahim tatkala Hafez Assad-mendiang Presiden Suriah yang berbentuk republik-mewariskan kekuasaan kepada anaknya, Presiden Suriah saat ini, Bashar Assad.

Hampir semua penguasa negeri Arab berbentuk republik memang menunjukkan gelagat akan mewariskan negara kepada anak atau sanak keluarga mereka menurut pola Assad. Satu-satunya penghalang bagi Presiden Tunisia yang baru saja digulingkan, Zine al-Abidine Ben Ali, untuk mewariskan kekuasaan tak lain hanya ia tak punya anak laki-laki.

Gelagat dan niat Ali Abdullah Saleh di Yaman, Muammar Qadhafi di Libya, Husni Mubarak di Mesir, yang mengarah ke republik monarkis, kini berada dalam tantangan. Jika efek Tunisia benar-benar berhasil di Mesir dengan mundur atau terusirnya Mubarak, dengan sendirinya ini akan menjadi momentum runtuhnya Jumlukiyyah Arabiyyah.

Selain upaya melawan jumlukiyyah, masyarakat Arab yang saat ini berupaya mereplikasi dan mempercepat terjadinya Tunisiasi di negeri mereka sendiri juga punya beberapa alasan kuat. Pertama, beberapa penguasa di beberapa negara memang sudah bertakhta sekian lama serta punya rekam jejak korupsi dan kediktatoran yang cukup panjang dan membosankan. Masa jabatan Presiden Mubarak di Mesir sudah 30 tahun, Saleh di Yaman 32 tahun, bahkan di Libya, Qadhafi sudah 42 tahun bertakhta.

Kedua, kebanyakan negara tersebut selama ini cukup berhasil menjual isu bahaya ekstremis-islamis guna menampik perubahan dan mendapat dukungan dunia luar terhadap status quo mereka. Kini pantas disyukuri bahwa Revolusi Bouazizi di Tunisia-yang minim, kalau bukan nihil, dari intervensi kaum islamis-menunjukkan bahwa dunia Arab tak harus memilih simalakama antara otoritarianisme penguasa militer dan kaum islamis picik.

Rakyat Mesir dan Yaman kini sedang berjuang untuk mewujudkan revolusi serupa sembari dengan tidak mudah menahan watak islamisnya. Hilangnya Al-Ikhwan al-Muslimun dari protes-protes di Mesir sengaja dilakukan untuk menjaga agar rezim tidak mengaborsi tuntutan perubahan yang disuarakan para demonstran.

Faktor ketiga adalah soal kesenjangan ekonomi. Efek Tunisia akan lebih manjur pada negara-negara yang lebih miskin, dengan tingkat kesenjangan antara minoritas yang berpunya dan mayoritas yang tidak berpunya terlalu tinggi. Ini konsekuensi dari terbentuknya oligarki antara penguasa pemburu rente dan pengusaha yang meraih profit dari sistem perkoncoan yang sudah berlangsung lama.
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/02/07/KL/mbm.20110207.KL135854.id.html

__._,_.___

Monday, February 7, 2011

Mesir tercicir sepanjang 60 tahun — Zin Mahmud

Sent from my BlackBerry® wireless device via Vodafone-Celcom Mobile.


From: Sirajuddin Abbas <sirajuddinabbas@gmail.com>
Sender: SahabatInteraktif@yahoogroups.com
Date: Mon, 7 Feb 2011 23:30:08 +0800
To: SIM<SahabatInteraktif@yahoogroups.com>
ReplyTo: SahabatInteraktif@yahoogroups.com
Subject: [sim] ARTIKEL : Mesir tercicir sepanjang 60 tahun — Zin Mahmud

 


Satu hari di Zamalek, kawasan elit di Kaherah pada tahun 1986, penulis  berdiri di depan tempat pembuangan undi dan memerhatikan gelagat orang keluar masuk.

Lengang saja, seperti tidak ada orang membuang undi walaupun pilihan raya Parlimen sedang berlangsung.

Keesokannya, diumumkan parti Presiden Hosni Mubarak, Parti Demokratik Nasional (NDP) meraih lebih 90 peratus undi. Pada masa itu parti pembangkang ialah Parti Wafd, sebuah parti lama yang sudah wujud sebelum Republik Mesir ditubuhkan dan Parti Buruh Sosialis, sebuah parti kiri yang bekerjasama dengan Ikhwanul Muslimin. Oleh kerana Ikhwan diharamkan, calon-calonnya bertanding di bawah tiket Parti Buruh. Tambahan pula pada tahun itu, parti itu mengisytiharkan perubahan ideologi daripada sosialisme kepada Islam.

Maka seperti yang dijangka dan tidak menghairankan, NDP menguasai Parlimen dan seterusnya memilih Mubarak untuk terus memegang jawatan presiden.

Seperti kebanyakan pagi, pada masa itu penulis bersarapan di sebuah kafe kecil berhampiran tempat pembuangan undi itu.

"Hebatlah presiden kamu menang 90 peratus undi," ulas penulis pada pemuda yang sudah akrab ketika itu.

"Kamu percaya pilihan raya ini?" jawab pemuda itu sambil ketawa.

"Mana ada orang boleh dapat undi sebanyak itu. Kami tidak pernah percaya pada pilihan raya Mubarak," jawab pemuda berusia 21 tahun itu. Dia sering mengkritik kerajaan dan bercakap mengenai agama. Dia mungkin penyokong Ikhwan. Kalau tidak pun, dia pasti penentang Mubarak.

Itu 26 tahun lalu. Pada masa itu Mubarak sudah berkuasa lima tahun. Mungkin kini pemuda yang sudah tidak muda itu adalah antara yang turun ke Medan Tahrir sejak dua minggu lalu menuntut Mubarak meletak jawatan.

Sudah lama Mubarak tidak popular. Kalau pilihan raya bebas dan terbuka dijalankan dari dahulu lagi, dia mungkin sudah lama ditolak rakyat. Tetapi hidupnya sebelum ini tidak pernah menemui kegagalan, kerjayanya sentiasa meningkat setahap demi setahap sehinggalah menjadi presiden.

Mubarak dilahirkan pada tahun 1924 dan kerjayanya adalah sepenuhnya tentera sebelum memegang jawatan politik.

Belajar di Akademi Tentera Mesir dan memperoleh ijazah dalam Sains Ketenteraan pada tahun 1949.

Kemudian beliau menyertai Akademi Angkatan Tentera Udara dan menjadi pegawai juruterbang pada tahun 1950 dan meraih Ijazah dalam Sains Penerbangan.

Beliau menjadi pengajar di Akademi Tentera Udara sehingga tahun 1959 sebelum menyambung latihan penerbangan di Kesatuan Soviet sehingga tahun 1961.

Sekembalinya ke Mesir, beliau berkhidmat sebagai komander Pangkalan Tentera Udara Barat Kaherah, Beni Suef dan Akademi Tentera Udara sebelum dilantik menjadi Ketua Turus Tentera Udara Mesir pada tahun 1969.

Tiga tahun kemudian beliau sampai ke kemuncak kerjaya tenteranya apabila dilantik sebagai Komander Tentera Udara dan Timbalan Menteri Pertahanan. Sebelah kakinya sudah masuk ke politik di negara yang pihak tentera menguasai politik.

Atas sumbangannya dalam perang ramadan 1973, beliau dinaikkan pangkat ke jawatan Marsyal Medan (Field Marshal).

Menurut ABC News, semasa menjadi pegawai tentera udara, beliau dan keluarganya meraih kekayaan melalui kontrak-kontrak ketenteraan hingga kini mencapai AS$40 hingga AS$70 bilion.

Pada April 1975, beliau dilantik oleh Presiden Anwar Sadat sebagai Naib Presiden.

Ekoran pembunuhan Sadat pada tahun 1981, beliau dilantik sebagai presiden dan pengerusi NDP.

Bagaimanakah Mubarak boleh memegang kuasa begitu lama? Antara faktornya ialah dia menggubal pelbagai undang-undang bagi menyekat pembangkang.

Paling besar ialah Jawatankuasa Parti Politik yang ditubuhkan Mubarak. Pada tahun 2000, jawatankuasa ini hanya meluluskan dua parti pembangkang iaitu Ikatan Nasional dan Barisan Demokratik. Selepas tujuh tahun, 10 parti berjaya disahkan apabila mereka membawa kes ke mahkamah Selain itu, tangkapan terus dibuat ke atas calon-calon Ikhwan yang bertanding atas tiket parti lain di samping tekanan terhadap pekerja-pekerja kempen pilihan raya.

Tetapi sikap Mubarak yang tidak demokratik dari segi menjalankan pilihan raya ini bukanlah atas ciptaannya sendiri. Dia adalah seorang yang setia pada rejim yang mengasaskan Republik Arab Mesir. Dari awal penubuhannya lagi republik itu bukanlah sebuah sebuah negara yang menghormati apatah lagi mengamalkan demokrasi.

NDP ditubuhkan oleh Sadat pada tahun 1978 selepas dia membubarkan Kesatuan Sosialis Arab (ASU).

Penubuhan NDP adalah usaha Sadat untuk mengubah ciri Republik Arab Mesir daripada sebuah negara sosialis kepada demokratik.

Tetapi transformasi ini tidak penuh. Kebanyakan anggota NDP adalah asalnya daripada ASU yang tidak pun komited kepada demokrasi.

Maka apabila pilihan raya pelbagai parti diadakan, NDP muncul sebagai parti yang bernaung di bawah kekuasaan presiden dalam sistem yang mahu memastikan bahawa dia terus berkuasa.

Maka dalam sistem ini, presiden, NDP dan tentera adalah berkait rapat sebagai elit kuasa di Mesir.

Sedangkan elit kuasa ini berasal dan diasaskan oleh Presiden Gamal Nasser yang menubuhkan ASU pada tahun 1962. Sebelum itu ia dikenali sebagai Kesatuan Nasional (NU) apabila ia menggantikan Seruan Pembebasan (LR) pada tahun 1952.

LR, NU, ASU dan seterusnya NDP merupakan elit kuasa yang serupa. Pada permulaannya LR merupakan pertubuhan untuk rakyat bagi melibatkan diri dengan kerajaan.

Ini kerana Presiden Nasser menolak sistem pelbagai parti. Ia memilih sistem satu parti yang pada masa itu popular di kalangan negara-negara kiri, sama ada berbentuk rejim komunis atau sosialis. 

Bagi Mesir, pengalaman semasa diperintah oleh Raja Farouk menyaksikan sistem pelbagai parti dimanipulasi oleh penjajah British, golongan bangsawan dan elit politik untuk kepentingan mereka dan meminggirkan rakyat. Parti Wafd yang memenangi pilihan raya lebih melayani kepentingan bangsawan, penjajah dan elit kuasa lain daripada rakyat umumnya.

Revolusi Mesir

Maka korupsi Raja Farouk ini membawa kepada Revolusi Mesir tahun 1952 yang digerakkan oleh Pergerakan Pegawai Bebas pimpinan Muhammad Naguib dan Gamal Nasser.

Asalnya Persatuan Pegawai Bebas ini dianggotai oleh Mesir Muda, Ikhwan dan Parti Komunis Mesir. Rakyat umumnya mendokong revolusi ini.

Rampasan kuasa mereka membawa kepada kewujudan Republik Mesir yang pada mulanya bertujuan untuk mewujudkan demokrasi berparlimen. Naguib menjadi presiden pertama republik.

Pertembungan antara Naguib dan Nasser berlaku dan Ikhwan serta Parti Komunis diharamkan. Nasser mengalahkan Naguib dan dia mengambil alih jawatan presiden pada tahun 1955.

Dalam suasana semangat nasionalisme melawan penjajah dan Israel, rakyat menyokong Nasser. Maka di sinilah muncul elit politik baru.

Dengan menghadapi peperangan serta menjadi sekutu Soviet, rakyat Mesir masih jauh daripada menikmati kemakmuran yang diimpikan daripada penubuhan republik itu.

Gagasan politik Nasser adalah besar. Nasionalisme kiri beliau berhasrat untuk menyatukan semua negara-negara Arab di bawah Republik Arab Bersatu (UAR) dengan mengamalkan sistem sosialisme yang memberikan kesamarataan dan kemakmuran pada rakyat.

Pada mulanya Syria dan Yaman turut serta tetapi kemudian usaha beliau gagal. Maka jadilah negara itu Republik Arab Mesir, hendak membebaskan Gaza yang merupakan wilayah Mesir dan ditawan oleh Israel pun tidak terdaya.

Naib Presiden Sadat menggantikan Nasser sebagai presiden pada tahun 1970. Beliau membawa arah baru kepada Mesir, Dengan mengiktiraf Israel dan bertukar sekutu kepada Amerika Syarikat, beliau menimbulkan kemarahan rakyat.

Namun begitu usahanya diharapkan dapat memberikan kemakmuran ekonomi kepada Mesir.

Sadat terkorban juga kerana beralih arah ini di samping mengenakan tekanan berat terhadap penentang-penentangnya. Tetapi Mubarak meneruskan dasar Sadat apabila mengambil alih kuasa.

Walaupun sepanjang masa pemerintahannya, ada saja pihak yang membantah tetapi rakyat Mesir masih mengharapkan perubahan. Namun pada tahun lalu 2010 apabila terdapat tanda-tanda Mubarak mahu terus berkuasa dengan diteruskan pula oleh anaknya, Gamal, ia sudah keterlaluan.

Ternyata elit politik yang berkuasa sejak revolusi tahun 1952 atas sokongan rakyat, daripada Naguib, Nasser, Sadat dan kini Mubarak telah gagal.

Mubarak adalah kemuncak kegagalan 60 tahun elit kuasa rejim nasionalis tentera yang asalnya terpengaruh dengan fahaman sosialisme dan nasionalis kiri.

Beruntung bagi Malaysia kerana tidak menjadi seperti Mesir. Ada dua sebab berlaku perbezaan ini.

Pertama, sejak Tanah Melayu mencapai kemerdekaan, negara ini berjaya mengamalkan sistem demokrasi berparlimen dan raja berperlembagaan. Sejak dari awal lagi Angkatan Tentera negara ini pula tidak mencampuri urusan politik.

Sebab kedua ialah fahaman nasionalis kiri dan sosialisme ditolak oleh majoriti rakyat negara ini. Akibatnya Malaya tidak pernah menjadi sekutu Soviet.

Justeru, tidak timbul rejim tentera di negara ini. Sistem ekonomi yang pragmatik pula telah membawa kemakmuran pada rakyat. — Mingguan Malaysia

http://www.themalaysianinsider.com/breakingviews/article/mesir-tercicir-sepanjang-60-tahun-zin-mahmud/

__._,_.___
Recent Activity:
Bahan diatas disiarkan di Yahoo Group Sahabat Interaktif Malaysia (SIM)
====================================================================
Web Rasmi SIM di http://www.sim.org.my |Usahawan SIM http://www.simbaza.com
====================================================================
Group SIM ini adalah Yahoo Group Sahabat Interaktif Malaysia (SIM) terbuka kepada semua yang aktif dan interaktif disemua peringkat umur. SIM percaya bahawa berkomunikasi secara interaktif dan terkawal melalui saluran ICT boleh mengeratkan silaturahim serta memberikan banyak faedah kepada individu dan kumpulan tanpa terikat dengan mana-mana pengaruh parti politik, badan komersial atau aliran fahaman serta kepercayaan. Namun SIM percaya bahawa nilai-nilai yang baik dan murni akan dapat diterima oleh semua pihak.

=========== CARA MEMBUAT IKLAN BERBAYAR DI SIM ==================

Bayaran RM10.00 untuk sekali siaran. Bayaran hendaklah dimasukkan kedalam akaun MAYBANK SIM INTERAKTIF 564306011929 Sila letakkan tajuk IKLAN BERBAYAR diruang SUBJECT email anda. Iklan-iklan yang berunsur perjudian, lucah, hasutan dan skim cepat kaya tidak akan diluluskan.Pihak moderator juga berhak untuk tidak menyiarkan iklan yang anda hantar dan wang tidak akan dikembalikan.

=================== DISCLAIMER ============================
Group SIM tidak bertanggungjawab di atas mana-mana bahan yang di
dapati melanggar akta hakcipta tempatan atau antarabangsa. Adalah
menjadi tanggungjawab ahli untuk memastikan peraturan hakcipta
diikuti sepenuhnya apabila menghantar mana-mana posting atau respons.

Semua kandungan emel, posting, artikel dan fail yang disiar
di SIM tidak menggambarkan pendirian rasmi pemilik SIM melainkan jika dinyatakan sedemikian.

FACEBOOK SIM INTERAKTIF : http://www.facebook.com/pages/Sahabat-Interaktif-Malaysia/164360919526?ref=n
.

__,_._,___